Jumat, 19 September 2014

LEGENDA DESA NGURI KECAMATAN LEMBEYAN KABUPATEN MAGETAN



Syahibul hikayat.Pada waktu desa Nguri masih berwujud hutan lebat,bayak pohon-pohon besar,semak-semak dengan duri-durinya yang sulit dirambah serta banyak pula binatang buas didalamnya,datanglah sekelampok orang yang kabarnya berasal dari daerah Mataram.Mereka selalu menelusuri dari satu daerah kedaerahan yang lain yang aman.Karena meraka selalu dikejar-kejar oleh kompeni Belanda.Kelompok itu dipimpin oleh seorang yang bernama KYAI SENGGORO. Kyai Senggoro selalu mencari akal dan tidak henti hentinya berdoa agar mereka tidak dapat ditangkap oleh Kompeni Belanda itu.Karena mereka seorang kyai maka dalam perjalanannya selalu berdoa agar Tuhan selalu memberi perlindungan kepadanya.Anggota kelompoknyapun selau taat kepada Kyai Senggoro atas segala perintahnya.Kecuali perintah dalam hal menekuni ibadah sholat,berdoa dan sebagainya pada waktu-waktunya, juga taat kepada perintah melaksanakan pekerjaan yang lain.
            Pada suatu ketika sampai pada suatu tempat (yang sekarang menjadi desa Nguri ini) yang di anggap sangat aman. Namun tempat itu masih berwujud hutan belantara. Mereka berniat menjadi daerah hutan ini menjadi suatu tempat pemukuman.
            Maka dimulailah babad hutan. Ibarat siang malam dengan tekun dan rajinnya mereka merambah semak – semak, memeotong pohon – pohon besar. Hutan yang telah di babad dan berupa lahan, diatur dan didirikan rumah – rumah untuk tempat berteduh dan untuk lahan – lahan pertanian. Kesemuanya tekun mengerjakan tanahnya sehingga hasil jerih payahnya ini cukup untuk hidup sehari – hari.
            Kyai Senggoro mempunyai seorang anak laki-laki bernama Wongsodrono. Berbeda dengan ayahnya sebagai Kyai dan petani. Wongsodrono justru senang berdagang. Karena itu Kyai Senggoro merestui maksud dan pekerjaan berdagang anaknya itu. Wongsodrono diberi modal untuk berdagang hasil bumi dari daerah itu, karena pada waktu itu yang diperjual belikan baru hasil bumi.
            Namun kurang beruntung bagi Wongsodrono, karena selama berdagang tersebut mereka belum pernah memperoleh laba tetapi selalu merugi saja. Berulang kali diberi modal oleh bapaknya, selalu merugi dan terus habis modal itu (Jw, Cures, Ngures, Nguris). Wongsodrono sangat jengkel atas usahanya yang selalu gagal itu. Karena demikian jengkelnya merasakan nasib dirinya yang selalu sial itu, pada suatu hari dia berkata : besok tempat ini diberi nama NGURI. Dari kata : Cures, Ngures, Nguris sehingga menjadi desa NGURI sekarang ini. Wongsodrono sendiri di daerah ini menjadi bekel pertama kali.
Sedangkan lurah atau bekel desa NGURI selanjutnya adalah :
1.      Sudrono
2.      Irodrono
3.      Markaban

8 komentar: